Dia bukan lelaki spesial.
Dia bukan lelaki spesial. Bahkan dia biasa saja. Namun, kesederhanaannya itulah yang bisa membuat aku jatuh cinta. Dia kuat dan tegar. Dia tak pernah menunjukkan air matanya sekalipun sedang bersamaku. Aku sudah mengenalnya satu tahun belakangan ini. Walaupun mengenalnya masih bisa dihitung dengan tahun, namun perasaanku padanya takkan bisa terhitung lagi. Meski sering bertengkar, dan mengancam akan pergi. Namun semua akan kembali pada satu kata “pulang”. Dia bisa pergi sesuka hatinya. Namun sejauh apapun dia pergi, hanya aku satu-satunya tempat untuk pulang. Dan aku, akan menjadikan diriku sendiri sebagai tempat berpulang paling nyaman. Hingga dia takkan pernah berniat untuk pergi lagi. Aku menyukai semua tentang dirinya, hingga kebiasaan buruknya sekalipun. Terlebih ketika dia marah. Terkadang wajahnya sedang marah terlihat lucu. Aku juga suka ketika dia mengadu keluh kesah padaku. Persis seperti anak kecil yang sedang mengadu habis dijahili temannya. Wajahnya ketika